Anak adalah berkah dan karunia Tuhan yang dititipkan kepada orang tua sebagai pemegang amanah. Dalam
menjalankan amanah tersebut orang tua mewarnai kepribadian anak lewat
torehan pola pendidikan yang diterapkan sejak usia dini. Keluarga sebagai based learning bagi anak merupakan sekolah pertama bagi anak. Karena melalui keluarga sebagian besar kehidupan anak berlangsung.
Masa bayi, yaitu sejak lahir sampai akhir tahun kedua
Masa awal anak atau masa kanak-kanak, ayitu dari permulaan tahun ketiga sampai pada usia enam tahun. Masa
ini juga disebut masa prasekolah karena anak sudah mulai bersekolah di
kelompok bermain (play group) dan taman kanak-kanak (kindergarten)
Masa anak lanjut atau masa sekolah, yaitu dari usia 6 sampai 12 tahun. Masa ini disebut juga masa usia sekolah dasar
Masa
remaja yaitu masa menerima keadaan fisik dan menggunakan tubuhnya
secara efektif serta mengharapkan & mencapai perilaku sosial yang
bertanggung jawab
wajahnya cerah dan berfisik dinamis
berminat luas mulai dari musik-mata pelajaran-politik
sering bertanya yang berbobot
selalu ingin tahu, atau mendapat penjelasan yang berdasar ilmiah
tidak berbatas tembok status
berani ambil resiko
mempunyai banyak alternatif untuk menyeleasikan masalah
tidak cepat puas, hampir selalu ingin sempurna
berani tampil beda,
senang menggali pengetahuan
mempunyai gagasan-gagasan yang original
holistic education , berdasarkan kecintaan lingkungan dan mendorong kreativitas anak
Montessori, berdasarkan potensi dan karakter anak sesuai dengan perkembangan anak
Multiple Intellegence /Kecerdasan majemuk, berdasarkan keyakinan bahwa setiap anak memiliki cara belajar yang berbeda
Smart reader, memacu potensi anak menjadi prestasi
Thematic Approach, penyampaian berdasarkan tema agar pemahaman anak menyeluruh terhadap suatu materi
Dll.
Menghargai kreativitas anak
Terbuka terhadap gagasan-gagasan baru
Mengakui dan menghargai adanya perbedaan individual
Menerima dan menunjang anak
Menyediakan pengalaman belajar yang terdiferensiasi
Tidak sebagai tokoh yang ”Maha tahu” tetapi menyadari keterbatasan sendiri
Memberikan
keleluasan anak untuk menjalankan model pembelajaran sehingga anak
tidak dihambat pemikiran dan sikap serta perilaku kreatif anak
Sebagai model bagi anak
Menunjukkan minat terhadap hobi tertentu
Menyempatkan berdiskusi dengan anak
Stimulus dengan bahan bacaan dan mainan edukatif
Menciptakan lingkungan rumah dimana orang tua berperan serta dalam kegiatan intelektual
Menciptakan lingkungan pembelajaran dan kreativitas seperti mengajak anak bernyanyi, menari, dll
Perlunya ruang di rumah untuk tempat kreativitas anak
Menurut Hurlock (1994) dan (Munandar (1999) , bila ditinjau dari psikologi perkembangan, masa anak dapat terbagi menjadi :
Setiap
tahap perkembangan memiliki tugas belajarnya sendiri, mulai dari tugas
perkembangan motorik, intelektual, sosial, emosi dan kreativitas. Oleh
karena itu orang tua, sekolah dan pemerintah haruslah bersinergi dalam
menciptakan iklim pendidikan yang kondusif bagi anak. Karena setiap manusia mempunyai fitrah sebagai pendidik.
Anak memiliki keunikan sendiri, dimana setiap anak mempunyai karakteristik yang khas. Berdasarkan keunikan ini maka orang tua, pendidik dan lingkungan harus dapat melihat potensi anak.
Potensi
adalah kemampuan atau kekuatan atau daya, dimana potensi dapat
merupakan bawaan (bakat) dan hasil dari stimulus atau latihan dalam
perkembangan anak.
Seringkali
terjadi bahwa orang tua dan guru tidak dapat mengenali potensi anak,
sehingga anak-anak yang berpotensi dan berbakat tidak mendapatkan
penanganan yang tepat. Bahkan anak-anak yang tidak berprestasi dikarenakan mereka tidak diberikan stimulus dan pelatihan untuk mengembangkan potensinya secara optimal.
Namun dalam melatih potensi anak, orang tua dan pendidik juga harus mengasah kreativitas anak. Karena tanpa melatih kreativitas anak maka potensi kecerdasan dan bakat anak menjadi rendah. Kreativitas
adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan
untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam
pemecahan masalah (Munandar, 1999).
Ciri-ciri anak yang kreatif adalah :
Selain kreativitas konsep pengajaran menjadi hal yang penting untuk diperhatikan orang tua dan pendidik. Salah
satu penunjang munculnya potensi anak secara optimal dengan menggunakan
konsep-konsep pendidikan dan pengajaran yang tepat.. Konsep-konsep pengajaran yaitu:
Berdasarkan
konsep-konsep diatas, maka pada dasarnya konsep pengajaran akan
berjalan dengan baik dan potensi anak akan optimal bila orang tua dan
pendidik paham terhadap konsep-konsep tersebut.
Menurut Munandar (1999) dan Rachman (2006) untuk memupuk dan menciptakan suasana yang mendukung munculnya potensi anak maka pendidik sebaiknya bersikap :
Sedangkan orang tua diharapkan bersikap :
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama keluarga (orang tua), sekolah dan masyarakat. Keluarga
dan sekolah dapat bersama-sama mengusahakan pelayanan pendidikan bagi
anak yang berpotensi yaitu dengan cara memandu dan memupuk minat anak. Orang
tua dapat membantu sekolah dalam merencanakan dan menyelenggrakan
program-program kunjungan atau proyek-proyek tertentu yang menyentuh
sendi-sendi kehidupan dan sekolah dapat memfasilitasi
potensi anak dengan menumbuhkan kreativitas mereka. Setiap anak memiliki
keunikan dan kekhasan pribadinya masing-masing yang mempengaruhi
tingkah lakunya dalam belajar. Oleh karena itu orang tua
harus menyadari perkembangan kepribadian anak, dengan memahami
perkembangan anak maka kita dapat memecahkan masalah pendidikan. Dan
dengan tingkat pemahaman besar terhadap perkembangan anak membuat orang
tua dan pendidik dapat menggali potensi anak sesuai dengan minat dan
bakat mereka.
http://abihafiz.wordpress.com/2008/06/08/menggali-potensi-anak/
http://abihafiz.wordpress.com/2008/06/08/menggali-potensi-anak/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar